Minggu, 09 Agustus 2009

PENGGREBEKAN OLEH DENSUS 88 ANTI TEROR

TEMANGGUNG, KOMPAS.com — Pria misterius yang diduga Noordin M Top dan tewas tertembak di rumah Muhdjahri (69) di Dusun Beji, Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Sabtu (8/8), ternyata baru menginap di rumah itu sejak Jumat (7/8) dini hari.

Dia dititipkan oleh Aris Susanto (31), warga Desa Kedu, untuk beristirahat sebentar dan berencana meninggalkan rumah pada Jumat sore. Aris Susanto dan adiknya, Indra Arif Hermawan (24), telah ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror beberapa saat sebelum penggerebekan di rumah Muhdjahri.

Keduanya diduga terlibat dalam jaringan terorisme Noordin M Top. Aris dan Indra adalah keponakan Muhdjahri. Istri Muhdjahri, Endang Istianingsih (59), mengatakan, berdasarkan penuturan suaminya, tamu tersebut dititipkan Aris pada Jumat dini hari pukul 02.30.

Endang sendiri saat itu masih terlelap tidur. Setelah bangun, Endang sempat membuatkan minum sekitar pukul 07.00. Setelah itu, dia pun mengetuk pintu kamar tamu, dan menyilahkan dia untuk mengambil sendiri gelas minuman yang telah disiapkannya di luar kamar. "Tapi, hingga saya ke sawah setelah shalat Jumat, tamu tersebut tidak saya lihat keluar dari kamar," ujarnya kemarin.

Tamu ini menghuni kamar di sisi sebelah selatan. Karena itu, dia pun tidak mengetahui secara jelas ciri-ciri dari tamu yang dibawa Aris tersebut. Endang mengaku, sebelumnya Aris memang sempat meminta izin untuk menitipkan tamu. "Karena dia keponakan saya, tentu saja tidak mungkin permintaan itu saya tolak," ujarnya.

Dia pun tidak menaruh curiga macam-macam karena tamu yang bersangkutan adalah kenalan kerabatnya sendiri. Saat di ladang, Muhdjahri meminta izin untuk pulang terlebih dahulu untuk shalat. Namun, tak berapa lama, Endang didatangi salah seorang tetangga yang memintanya untuk segera pulang karena ada tamu yang mencarinya di rumah. Namun, begitu pulang, rumah sudah ramai dikepung polisi berseragam dan bersenjata. "Saya takut dan akhirnya memutuskan tinggal sementara waktu di sini dulu," ujarnya.

Sejak Jumat sore hingga Minggu, Endang tinggal di rumah Darsinah (61), adik Muhdjahri, di Dusun Siwur, Desa Karangtejo, Kecamatan Kedu. Endang sendiri saat ini tidak mengetahui suaminya berada di mana. Dia berharap, Muhdjahri dapat segera dipulangkan, dan rumahnya yang hancur karena tembakan peluru dan letusan bahan peledak juga dapat segera diperbaiki.

arvegatu

Minggu, 02 Agustus 2009

SMA TARUNA NUSANTARA

kopassus

Sejak Pengakuan Kedaulatan RI oleh Belanda tgl 27 Desember 1949 dan beberapa Pemberontakan di wilayah Indonesia (APRA, Andi Azis, RMS) mengilhami dibentuknya Satuan Pemukul Fleksibel yang cepat dan tepat dalam menghadapi sasaran dan medan yang berat. Pembentukan Satuan tersebut dipelopori oleh Letkol Slamet Riyadi dan dilanjutkan oleh Kolonel A.E. Kawilarang sebagai Pejabat Panglima Tentara dan Teritorium-III/SLW.

Melalui Instruksi Panglima Tentara dan Terirorium-III/SLW tanggal 16 April 1952 dengan terbentuknya Kesatuan Komando Teritorium-III/SLW yang merupakan cikal bakal "Korps Baret Merah" :